Dalam hidup kaum Platinum, adalah hal wajar jika kita menginginkan segalanya berjalan dengan teratur, tenang, dan sempurna. Namun, dunia tidak selalu berjalan sesuai rencana, dan begitu juga diri kita. Kita adalah manusia, dan manusia tidaklah sempurna. Sayangnya, terkadang kita menjadi pengkritik paling keras bagi diri kita sendiri, mengabaikan semua kebaikan yang ada untuk berfokus pada kekurangan-kekurangan yang kita rasakan.
Kritik diri yang berlebihan dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, bahkan menghambat kita untuk meraih tujuan dan kebahagiaan yang kita inginkan. Oleh sebab itu, belajar menerima ketidaksempurnaan dan melepaskan kritik diri adalah keterampilan penting untuk kesejahteraan kita, terutama di usia Platinum ini.
Mengapa Kita Begitu Kritis Terhadap Diri Sendiri?
Ada beberapa alasan mengapa kita cenderung memiliki suara hati yang kritis. Terkadang hal ini berakar pada pengalaman masa lalu, standar yang tidak realistis yang kita bebankan pada diri kita, atau bahkan pengaruh media dan masyarakat yang mengagung-agungkan kesempurnaan. Perfeksionisme, takut gagal, dan merasa rendah diri juga dapat menjadi pemicu kritik diri yang berlebihan.
Dampak Negatif Kritik Diri
Kritik diri yang terus-menerus dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik kita. Hal ini dapat membuat kita merasa tidak layak, tidak kompeten, dan bahkan menimbulkan rasa depresi. Kritik diri juga menciptakan ketakutan akan kegagalan, menyebabkan kita menghindari tantangan dan kesempatan baru.
10 Langkah Merangkul Ketidaksempurnaan dan Membungkam Kritik Diri
Merubah pola pikir kita tidaklah mudah, tapi tentu saja mungkin. Berikut 10 langkah untuk belajar merangkul ketidaksempurnaan dan melepaskan kebiasaan kritik diri:
- Kenali Suara Kritik Anda: Mulailah dengan memperhatikan suara di kepala Anda. Seperti apa nada bicaranya? Apakah kejam, meremehkan, atau tidak realistis? Menyebut nama “si pengkritik” bisa membantu memisahkannya dari diri Anda, contohnya “Ini dia si perfeksionis muncul lagi”.
- Tantang Pemikiran Negatif: Ketika kritik batin muncul, jangan percaya begitu saja. Apakah yang dikatakannya benar atau cuma asumsi? Bisakah Anda melihat situasinya dari sudut pandang lain yang lebih seimbang?
- Praktikkan Self-Compassion: Treat yourself like a friend. Berilah diri Anda kebaikan dan pengertian yang sama seperti yang akan Anda berikan pada teman dekat. Ingatlah, semua orang pernah mengalami kesulitan dan membuat kesalahan.
- Fokus Pada Kemajuan, Bukan Kesempurnaan: Alih-alih bertujuan menjadi sempurna, arahkan energi Anda pada perbaikan dan pertumbuhan. Rayakan setiap langkah kecil yang Anda ambil, setiap usaha yang Anda kerahkan.
- Ubah Kata “Harusnya” Menjadi “Bisa”: Ganti pikiran yang kaku dan berbasis rasa bersalah seperti “Seharusnya aku …” dengan pernyataan yang lebih lembut seperti “Aku bisa belajar dari ini” atau “Lain kali aku bisa mencoba…”.
- Belajar dari Kesalahan: Lihatlah kesalahan sebagai kesempatan belajar, bukan kegagalan. Bertanyalah pada diri sendiri, “Pelajaran apa yang bisa aku petik dari situasi ini? Bagaimana aku bisa melakukan lebih baik di lain waktu?”
- Batasi Pengaruh Media Sosial: Sadarilah bahwa media sosial sering menampilkan sisi kehidupan yang sudah disaring dan diedit. Jangan bandingkan perjalanan hidup Anda dengan gambaran ilusi yang tak selalu sesuai kenyataan.
- Kelilingi Diri Anda Dengan Orang yang Positif: Habiskan waktu dengan orang-orang yang mendukung, menyemangati, dan membantu Anda melihat kekuatan Anda.
- Praktikkan Mindfulness: Mindfulness membantu kita memisahkan diri dari pikiran-pikiran kritis. Cobalah meditasi atau teknik pernapasan untuk memusatkan perhatian Anda pada saat ini.
- Cari Bantuan Profesional: Jika kritik diri begitu menguasai diri hingga mengganggu kehidupan atau kebahagiaan Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan terapis.
Sebuah Perjalanan Seumur Hidup
Melepaskan kritik diri dan merangkul ketidaksempurnaan adalah proses yang membutuhkan waktu dan latihan. Bersabarlah dengan diri Anda, jangan menyerah saat menghadapi kemunduran. Dengan kemauan dan dedikasi, Anda bisa menumbuhkan suara hati yang lebih baik dan penuh kasih di dalam diri Anda.
Bukankah menjalani usia platinum dengan lebih tenang dan bahagia adalah hadiah yang layak Mahapuan miliki?