Siapa yang ingin berada dalam kondisi mencekam, tidak nyaman, dan dibayang-bayangi rasa takut? Tentu mayoritas dari kita berharap ada dalam situasi yang nyaman, saling mendukung, dan menyenangkan dalam sebuah relasi. Tidak hanya hubungan percintaan, melainkan juga dalam relasi sosial dan komunitas.
Persoalannya, ada saja kondisi-kondisi yang membuat sebuah relasi sosial terganggu. Bisa dari lingkungan yang memang kurang mendukung atau mungkin dari individu yang memang menciptakan suasana tidak nyaman sehingga berdampak buruk bagi orang-orang di sekitarnya. Relasi yang semacam ini yang kerap disebut sebagai toxic relationship.
Seorang Ahli Komunikasi dan Psikolog bernama Dr. Lilian Glass, dalam buku berjudul Toxic People (1995) mengatakan, toxic relationship adalah hubungan yang tidak mendukung satu sama lain. Dalam kondisi ini, biasanya salah satu pihak berusaha memiliki kontrol yang besar terhadap pihak yang lain.
Toxic relationship bisa dikategorikan dalam banyak bentuk, seperti kekerasan fisik, emosional, kekerasan verbal, hingga kekerasan seksual. Pada intinya, toxic relationship ini memberikan dampak buruk dan merugikan bagi yang ada di dalamnya.
Ciri-ciri Toxic Relationship dalam Komunitas
Hubungan toxic relationship ini nyatanya tidak terbatas pada urusan romantis, melainkan bisa terjadi pada hubungan kekeluargaan, persahabatan, maupun profesional. Lantas, apa saja ciri-ciri toxic relationship yang bisa kita kenali?
1. Disrespect
Pada suatu komunitas, sikap ini bisa ditemukan ketika Anda merasa tidak dihargai oleh rekan setim. Setiap kali Anda menyampaikan pendapat atau pandangan, bisa jadi tidak ada yang sungguh-sungguh mendengarkan dan malah sibuk dengan urusannya sendiri.
2. Terus Menjadi Kambing HitamĀ
Sebuah komunitas, tentu terdiri dari banyak orang, banyak kepala, dan banyak pendapat. Tak heran, perkumpulan semacam ini pasti akan mengalami pasang surut masalah juga, sehingga tak terhindarkan dari sebuah konflik.
Persoalannya adalah ketika terjadi konflik, apa yang komunitas Anda lakukan? Apakah saling menyalahkan dan menunjuk seseorang sebagai kambing hitam? Atau merupakan komunitas yang sehat karena tetap saling mendukung untuk mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi?
3. Komunikasi yang Buruk
Menghargai dan mendengarkan adalah salah satu faktor mutlak dalam berkomunikasi. Masalah muncul jika salah satu pihak mulai tidak mendengarkan individu lain, dan ingin menang sendiri saat terjadi perdebatan. Belum lagi jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata negatif, seperti merendahkan, menyudutkan, menyalahkan. Ini berujung pada komunikasi yang buruk di dalam komunitas.
Kondisi toxic relationship adalah situasi yang harus dibenahi, terutama dalam komunitas sosial. Sebab, jika dibiarkan berlarut-larut situasi semacam ini hanya akan membawa dampak buruk bagi semua pihak, tidak tertutup kemungkinan meluas dan mempengaruhi masyarakat.