Ketika Negara Belanda tiba di kepulauan Indonesia pada tahun 1595 untuk mengejar rempah-rempah, pertukaran budaya lewat makanan pun terjadi dan melahirkan Indo-dutch food. Tipe makanan ini berkembang selama lebih dari 350 tahun lamanya di Hindia Belanda dengan menggabungkan bahan bahan terbaik dan teknik masak terbaik dari Belanda dan Indonesia. Tidak dapat dipungkiri keberadaan Belanda saat itu mempengaruhi bukan hanya menunya, namun juga cara penyajiannya. Salah satu contohnya adalah Rijsttafel.
Rijsttafel, atau rice table, adalah jamuan makanan ala Hindia Belanda yang muncul pada masa kolonial. Jamuan ini sengaja diciptakan untuk warga Hindia Belanda agar mereka bisa ‘memperkenalkan’ dan cenderung memamerkan makanan negara jajahan mereka saat itu pada tamu mereka. Jamuan ini biasanya terdiri dari bermacam macam hidangan dengan porsi yang kecil. Dengan mengusung ciri khas kuliner Padang yang menyajikan beberapa macam menu di satu meja, ini berbeda dengan jamuan a la Eropa lainnya yang terdiri dari Makanan Pembuka, Makanan Utama sampai penutup.
Menu Rijsttafel standar, biasanya terdiri dari nasi, perkedel, serundeng, rendang, opor ayam, gado-gado, dan berbagai macam hidangan Indonesia lainnya. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya makanan ini kurang popular di Indonesia karena latar belakangnya yang dinilai kurang nasionalis, namun ada beberapa restoran yang masih tetap menyajikannya, antara lain, Tugu Kunstkring Paleis di Menteng, Harum Manis Restaurant di Sudirman, Plataran Menteng di Menteng, dan Agneya Restaurant di Melawai.
Walaupun budaya makan seperti Rijsttafel sudah tidak populer di Indonesia, banyak peninggalan dan modifikasi makanan yang masih digemari sekarang karena rasanya yang unik dan lezat. Karena cita rasa kedua negara yang sangat berbeda, banyak makanan yang berasal dari Negara Kincir Angin yang dimodifikasi sesuai selera kita dan juga sebaliknya. Mari kita lihat 5 makanan tersebut.
Selat Solo
Selat solo berasal dari Beef Steak yang dimodifikasi untuk mengikuti selera kesultanan Solo pada masa kolonial. Alkisah, pada saat Kasunanan Surakarta bertemu dengan pihak Belanda, pasti akan ada jamuan yang cukup besar. Masalahnya, kedua belah pihak mempunyai selera yang jauh berbeda. Jenderal Hindia Belanda kala itu menginginkan steak, tetapi daging bukan merupakan makanan kesukaan Sultan yang lebih menyukai sayur dan nasi. Saat Jenderal ingin makan salad dengan saus ala Eropa, Sultan tidak ingin memakannya karena sausnya yang tinggi lemak.Untuk membuat senang kedua belah pihak, akhirnya koki kesultanan saat itu memutuskan untuk menggabungkan selera keduannya.
Di barat, beef steak biasanya dipotong dengan porsi besar, namun untuk memuaskan Sultan yang tidak terbiasa memakan daging dengan potongan besar, porsinya di potong dan diperkecil namun tetap diimbangi oleh kentang gorengnya. Selain itu, daging juga tidak dilumuri saus yang pekat namun disiram kuah dengan komposisi kecap asin, bawang putih, pala, dan rempah rempah lainnya. Untuk memuaskan Jendral, ia juga menyediakan sayuran seperti selada, wortel, dan buncis yang didampingi mayonaise yang terbuat dari bahan dasar kentang.. Seiring berjalannya waktu, makanan ini menjadi bukti akulturasi masakan Indonesia dan Belanda.
Ayam Kodok
Di dunia barat, hidangan ini lebih dikenal dengan nama Chicken Ballotine atau Stuffed Chicken. Hidangan ini juga dimodifikasi sesuai dengan selera orang Indonesia yang memakai banyak rempah. Masakan ini terdiri dari ayam tua yang daging dan tulangnya dikeluarkan hingga hanya tersisa kulit. Lalu, daging ayam dihancurkan dan dicampur dengan rempah-rempah kemudian dimasukkan kembali.Kulit utuh dengan bentuk ayam inilah yang menyebabkannya disebut ayam kodok. Ayam Kodok disajikan dalam bentuk panggangan, setelah sebelumnya dikukus terlebih dahulu. Makanan ini juga disajikan dengan kentang goreng atau kentang tumbuk ditambah sayuran seperti daun selada dan wortel.
Lapis Legit/ Spekkoek
Kue favorit warga Indonesia yang selalu hadir pada saat hari raya ini, pertama kali muncul saat puncak Masa Kolonial. Lapis legit atau Spekkoek adalah kue yang berlapis dan dibuat dengan banyak rempah rempah terdiri dari kayu manis, pala, dan cengke yang identik dengan Indonesia. Bedanya Lapis Legit dan Spekkoek adalah Spekkoek tidak menggunakan rempah rempah dan cenderung seperti kue tart biasa.
Pastel/ Pasteitjes
Ini adalah cemilan Indonesia Belanda yang populer, biasa disebut pastel di Indonesia. Terinspirasi oleh Cornish Pasties dari Inggris dan akhirnya populer di penjuru Eropa, makanan yang digoreng ini memiliki kulit yang tipis dan renyah, serta dilipat menjadi bentuk setengah bulan. Isinya biasanya adalah cincangan wortel, telur, dan kentang.
Klappertaart
Klappertaart atau Tart Kelapa merupakan makanan pencuci mulut yang terkenal di Kota Manado. Kita bisa melihat pengaruh kental Belanda dari bahan bahannya yaitu campuran dari susu, mentega, terigu, yang dicampur dengan vanila dan rum. Namun, karena ‘ratu’ dari masakan ini sendiri adalah kelapa Indonesia, ini menandakan penggabungan makanan yang menghasilkan hidangan yang manis dan unik. Gabungan rasa manis dari custard dan gurihnya potongan kelapa yang ada di kue ini membuatnya menjadi makanan populer di Indonesia, khususnya Manado.
What do you think?