Populasi generasi platinum di dunia terus meningkat pesat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2020, terdapat sekitar 1 miliar penduduk berusia 60 tahun ke atas.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 2 miliar pada tahun 2050 [1]. Peningkatan populasi generasi platinum ini membawa berbagai tantangan, salah satunya adalah ageisme atau diskriminasi berdasarkan usia.
Ageisme dapat terjadi di berbagai bidang kehidupan, termasuk di tempat kerja dan pelayanan publik seperti finansial, asuransi, teknologi, dll.
Negara | Studi | Temuan tentang Dampak Ageisme pada Kesehatan Mental |
Tiongkok | Jurnal “International Psychogeriatrics” (2017) | – Lansia yang mengalami ageisme lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan. – Ageisme dikaitkan dengan penurunan kepuasan hidup dan perasaan kesepian pada lansia. |
Jepang | Jurnal “Archives of Gerontology and Geriatrics” (2020) | – Lansia yang mengalami ageisme di pelayanan kesehatan cenderung memiliki skor stres dan self-efficacy (kepercayaan diri) yang lebih rendah. |
Korea Selatan | Jurnal “Asian Journal of Nursing” (2019) | – Ageisme di lingkungan keluarga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi pada lansia Korea. |
Dampak Ageisme di Tempat Kerja
Para pekerja generasi platinum seringkali menghadapi ageisme di tempat kerja. Stereotipe negatif yang umum dikaitkan dengan pekerja generasi platinum antara lain:
- Kurang produktif dan inovatif
- Lambat dalam belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru
- Sering sakit dan tidak bisa diandalkan
- Terlalu mahal karena biaya kesehatan yang tinggi
Stereotipe ini dapat menghambat peluang karier pekerja generasi platinum. Beberapa dampak yang ditimbulkan adalah:
- Sulit mendapatkan pekerjaan baru, bahkan dengan pengalaman dan kualifikasi yang relevan.
- Dilewatkan untuk promosi atau kenaikan gaji.
- Diperlakukan tidak adil dalam evaluasi kinerja.
- Dipaksa untuk pensiun dini.
Survei global AARP pada tahun 2021 menemukan bahwa 60% pekerja berusia 40 tahun ke atas melaporkan pernah mengalami ageisme di tempat kerja [2]. Dampak ageisme di tempat kerja tidak hanya merugikan pekerja generasi platinum secara individu, tetapi juga merugikan perusahaan.
Penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang mempraktikkan ageisme cenderung mengalami:
- Tingkat turnover karyawan yang lebih tinggi
- Moral dan produktivitas karyawan yang lebih rendah
- Kurangnya keragaman pengalaman dan keahlian
Data dan Statistik Global
Topik | Statistik | Sumber |
Peningkatan Populasi Generasi Platinum Global | * 1 miliar penduduk berusia 60 tahun ke atas pada 2020. * Diproyeksikan menjadi 2 miliar pada 2050. * 21% dari populasi global diperkirakan berusia 60 tahun ke atas pada 2050. | WHO (2020) [1], UNPD (2021) [4] |
Prevalensi Ageisme | * 60% pekerja berusia 40 tahun ke atas pernah mengalami ageisme di tempat kerja. * 38% orang dewasa di AS menyaksikan ageisme di tempat kerja dalam setahun terakhir. | AARP (2021) [2] |
Dampak Ageisme di Tempat Kerja | * Peningkatan 33% kemungkinan pensiun dini di antara pekerja yang mengalami ageisme. * Penurunan 19% kepuasan kerja pada pekerja yang mengalami ageisme. | AARP (2018) [5] |
Dampak Ageisme di Pelayanan Kesehatan | * 72% dokter pernah menyaksikan ageisme di pelayanan kesehatan. * 32% senior merasa didiskriminasi oleh dokter karena usia mereka. | JAMA Internal Medicine (2016) [6], The Gerontologist (2013) [7] |
Konsekuensi Ageisme bagi Perusahaan | * Kerugian ekonomi tahunan $3.6 triliun di AS akibat ageisme di tempat kerja. * Peningkatan 25% biaya perawatan kesehatan terkait hilangnya produktivitas akibat ageisme. | AARP (2015) [8] |
Dampak Ageisme secara Keseluruhan | * Peningkatan 21% risiko kematian dini di antara lansia yang mengalami ageisme. * Peningkatan 13% risiko depresi di antara lansia yang mengalami ageisme. | The Gerontologist (2018) [9], Psychology and Aging (2013) [10] |
Dampak Ageisme di Layanan Publik
Selain dampak pada kesehatan mental, ageisme juga dapat memiliki dampak signifikan pada akses generasi platinum terhadap layanan publik, terutama yang berkaitan dengan keuangan. Berikut beberapa contohnya:
- Kesulitan Mendapatkan Mortgage: Di beberapa negara, lansia mungkin menemukan kesulitan mendapatkan mortgage karena usia mereka dianggap sebagai faktor risiko kredit. Hal ini dapat membatasi pilihan mereka dalam membeli rumah atau pindah ke tempat tinggal yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Batasan Kredit: Institusi keuangan mungkin menerapkan batasan kredit yang lebih rendah atau suku bunga yang lebih tinggi untuk lansia, sehingga menyulitkan mereka untuk meminjam uang untuk kebutuhan penting seperti pendidikan anak atau perawatan kesehatan.
- Akses Layanan Publik Lainnya: Ageisme juga dapat memanifestasikan dalam akses yang lebih sulit ke layanan publik lainnya seperti asuransi kesehatan, transportasi umum, dan program sosial. Ketidakadilan ini dapat memperburuk kondisi hidup dan memperparah dampak negatif ageisme pada kesehatan mental dan fisik lansia.
Stereotipe ini dapat menyebabkan generasi platinum:
- Tidak mendapatkan layanan yang tepat sesuai kebutuhan.
- Dianjurkan untuk menjalani prosedur yang tidak perlu.
- Menerima layanan yang berkualitas rendah.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal “The Gerontologist” pada tahun 2018 menemukan bahwa generasi platinum yang mengalami ageisme di pelayanan publik cenderung memiliki:
- Kesehatan mental yang lebih buruk
- Kualitas hidup yang lebih rendah
- Peningkatan risiko kematian dini
Mengatasi Ageisme secara Kolektif
Ageisme merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi dari berbagai pihak. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi ageisme di tempat kerja dan pelayanan kesehatan:
Perorangan:
- Generasi platinum dapat memperkuat keterampilan dan pengetahuan mereka agar tetap relevan di dunia kerja.
- Generasi platinum dapat mencari tahu tentang hak-hak mereka terkait dengan diskriminasi usia.
- Generasi platinum dapat melaporkan pengalaman ageisme kepada pihak yang berwenang.
Perusahaan:
- Perusahaan dapat menerapkan kebijakan anti-ageisme dan melakukan pelatihan kesadaran ageisme untuk karyawan.
- Perusahaan dapat mempromosikan keragaman usia di tempat kerja dan menghargai pengalaman pekerja generasi platinum.
- Perusahaan dapat menyediakan program pelatihan dan pengembangan berkelanjutan untuk semua karyawan, termasuk generasi platinum.
Pemerintah:
- Pemerintah dapat membuat undang-undang yang melarang diskriminasi usia di tempat kerja dan pelayanan kesehatan.
- Pemerintah dapat mendukung program pelatihan dan pengembangan untuk pekerja generasi platinum.
- Pemerintah dapat memberikan insentif kepada perusahaan yang mempraktikkan kebijakan anti-ageisme.
Penyedia layanan:
- Penyedia layanan dapat diberikan pelatihan untuk mengenali dan mengatasi ageisme.
- Penyedia layanan dapat menyediakan layanan yang ramah generasi platinum dan mempertimbangkan kebutuhan khusus mereka.
- Pihak perusahaan dapat berkomunikasi dengan generasi platinum secara hormat dan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan terkait jenis layanan mereka.
Media Massa:
- Media massa dapat berperan dalam memerangi ageisme dengan menampilkan generasi platinum secara positif dan beragam.
- Media massa dapat mempublikasikan artikel dan kampanye yang meningkatkan kesadaran tentang ageisme.
Ageisme adalah masalah serius yang dapat berdampak negatif pada kehidupan generasi platinum. Dengan bekerja sama, individu, perusahaan, pemerintah, profesi kesehatan, dan media massa dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan menghargai generasi platinum, baik di tempat kerja maupun di pelayanan kesehatan.
Sumber:
- HelpAge International: https://www.helpage.org/
- United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP):https://aric.adb.org/initiative/united-nations-economic-and-social-commission-for-asia-and-the-pacific