Ulupi Hastuti atau Pipie adalah potret seorang mahapuan yang tidak pernah berhenti berkreasi, selalu melakukan eksplorasi untuk menemukan sisi terbaiknya. Usia tidak mematahkan semangatnya untuk terus menghasilkan hal-hal baru. Dan seperti layaknya seorang mahapuan, ia tidak berhenti hanya pada dirinya tetapi juga rajin membagikan ilmunya kepada mahapuan lain.
Hari-harinya yang sibuk sebagai President Director PT Heksa Bangun Sinergindo, perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, masih bisa diisinya dengan kegiatan kreatif.
Ketika di lapangan mengawasi proyek konstruksi ia sering gagal fokus kalau melihat sisa-sisa material yang tidak terpakai, mulai dari tripleks sampai pipa paralon. Ia menjadi pemulung, memunguti barang-barang itu untuk dipakai dalam proses membuat kain celup. Begitulah salah satu caranya memadukan dunia konstruksi dengan dunia kreatif.
Pada dasarnya Pipie adalah pencinta keindahan. Di lapangan ia memastikan keindahan suatu bangunan melalui perpaduan struktur, arsitektur, interior, finishing, landscape, iluminasi. Dalam seni olah kain ia memadukan bentuk dan warna pada beragam kain sehingga menjadi suatu karya yang indah dilihat dan nyaman dikenakan. Pipie tidak ragu melakukan eksperimen memadukan warna, termasuk menggunakan warna-warna dari alam dan kerak besi dari konstruksi. Selain di kain, ia mengaplikasikan seni olah warna alam ini di bahan kulit dan kantong semen.
Sama seperti banyak orang lainnya, Pipie juga berguru pada pakar-pakar oleh kain, tetapi ia melakukan modifikasi sehingga diperoleh sesuatu yang khas Pipie. “Kalau hanya meniru, nanti seribu orang yang belajar akan menghasilkan seribu barang yang sama, tidak ada nilai jualnya,” begitu katanya untuk menekankan pentingnya mengasah daya pikir kreatif. Ia sekaligus mematahkan berbagai mitos yang sering menjadi penghambat mahapuan untuk memulai sesuatu: tidak bisa, tidak punya uang, tidak punya skill, tidak punya waktu, tidak punya tempat. Faktor penghambat utama adalah perasaaan sudah tua sehingga harus mulai menginjak rem roda kehidupan. Selayaknya mitos, semua itu hanya ilusi yang terbangun karena omongan orang yang kemudian menjadi believe atau sesuatu yang diyakini. Semua bisa, asal mau!
Dalam kurun waktu 2,5 tahun Pipie sudah tampil dalam 58 kali fashion show. Ia masih sering kaget ketika diminta naik ke panggung sebagai designer. Siapa yang menyangka seorang tukang cor akan diundang melakukan fashion show, katanya sambil tertawa.
Ia tidak mau menyebut dirinya tua karena memiliki konotasi seperti kehilangan semangat, seperti masa muda sudah hilang, seolah-olah masa kejayaan sudah habis. Menurutnya, setiap orang harus menua dalam kebahagiaan, aging gracefully. “Kita harus tetap merasa muda dengan versi yang berbeda. Saya tidak merasa tua, kita memang lolita (lolos lima puluh tahun) tetapi tidak kehilangan semangat. Usia itu hanya angka, makin tua makin apik. Bukan melawan waktu, tetapi kita harus tetap produktif untuk menjaga otak agar tidak menjadi dimensia. Justru menurut penelitian, orang paling produktif itu di usia 60-70, karena fokusnya sudah tidak kemana-mana,” begitu kata Pipie dengan penuh semangat.
Pipie masih memiliki mimpi yang belum terwujud. Suatu mimpi untuk membangun suatu area one stop living untuk orang-orang yang ingin menua bersama dengan gembira. Suatu kawasan yang dilengkapi dengan fasilitas hiburan, kesehatan dan fasilitas ibadah.
“Saya ingin menjadi manusia yang bermanfaat,” begitu Pipie menutup percakapan kali ini.
What do you think?