SELURUH usaha yang kita lakukan dalam hidup secara naluri adalah ikhtiar kita untuk menjamin tiga hal: keselamatan, keamanan, dan kendali. Kecemasan ketika memasuki usia yang semakin berbilang adalah kehilangan atau kekurangan atas tiga hal itu.
Setelah mengambil pensiun dini, saya segera mencairkan tabungan jaminan hari tua. Lumayan juga. Selama ini uang itu tak terasa dipotong dari gaji saya sendiri.
Program jaminan hari tua semacam itu bukankah menjadi program yang baik karena itu mengurangi kecemasan atas lepasnya kendali, adanya jaminan keselamatan dan keamanan, setidaknya dari sisi finansial?
Ya, tapi saya kira persoalannya bukan hanya uang. Uang memang persoalan penting tapi bukan hal pokok, nyatanya yang punya banyak uang pun di hari tua banyak juga yang hidupnya tak nyaman.
Saya ingat satu orang yang terhitung masih paman saya. Selepas pensiun dari sebuah dinas di kota, setelah anak-anaknya hidup mandiri, dia pulang kampung. Orang bilang dia melarikan diri dari kota, menghindari tekanan sosial, semacam post power syndrom.
Saya pernah menemuinya. Dia membangun pondok kecil di tengah kebun. Dia sedang bikin kolam, menanam banyak pisang, dan menanam ulang kelapa. Dia juga memelihara ayam kampung. Istrinya yang orang kota itu semula menolak, tapi akhirnya ikut juga dan tampaknya bahagia juga hidup di tengah “hutan” kecil paman saya itu.
“Ini bukan melarikan diri. Ini soal mendefinisikan kembali hidup tapi dengan prinsip dasar yang tak pernah berubah,” kata paman saya.
Bahagia itu, kata paman saya, adalah mengerjakan apa yang dia sukai, hidup saling dukung dengan orang dicintai, tak bergantung pada orang lain, meskipun itu anak-anak sendiri yang dibesarkan sampai jadi orang.
“Di sini aman. Coba kamu lihat, tenang, tentram, damai. Lebih banyak beribadah, bisa menolong orang lain. Keselamatan, keamanan, kendali. Itu yang sebenarnya yang mendorong kita untuk bertindak survive, ketika salah satu atau ketiganya terganggu,’ kata paman saya.
Saya tak tahu apakah paman saya membaca buku-buku tentang persiapan menjadi tua. Setahu saya dia memang seorang yang suka membaca. Ezra Bayda, ada juga mengulas tentang hal itu dalam “Aging for Beginners” (Wisdom Publication, 2018).
“Kita semua memiliki naluri bawaan untuk keselamatan, keamanan, dan kontrol — ini adalah bagian dari cara manusia terhubung untuk bertahan hidup.”
Karenanya, kata Ezra Bayda, sulit bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa sangat sedikit kehidupan yang tunduk pada kendali penuh kita.
“Kita mungkin ingin meyakini bahwa kita memegang kendali, dengan cara yang sama para pengemudi mengendalikan perahunya,” katanya.
Permainan kuasa, siapa yang mengendalikan, seberapa besar kendali kita atas apa, bisa menjebak kita dalam ketegangan.
Maka saya dapat pelajaran dari paman saya, ada saatnya mengubah orientasi, mengubah sikap tanpa mengubah prinsip. Maka persempit perhatian, fokus pada apa yang benar-benar kita cintai dan membahagiakan kita, perbesar perhatian pada diri sendiri dan pertahankan kebahagian bersama orang yang kita cinta, tanpa kehilangan kontak sosial dengan manusia lain.
Momen untuk melakukan “pindah kuadran” itu adalah ketika kita menjadi tua dalam usia. Dengan begitu bukan berarti kita pasrah pada bilangan usia, tapi memastikan bahwa keamanan, keselamatan, dan kendali atas hidup kita sebagian besar ada di tangan kita.
What do you think?