Bisa hidup hingga usia yang panjang ternyata bukan dipengaruhi faktor genetik saja. Selama ini, masih ada yang mengira bahwa seseorang bisa panjang umur karena keturunan. Nyatanya, ada faktor-faktor lain yang membuat seseorang dapat panjang umur, misalnya hidup dengan bahagia.
Fakta ini didukung dengan penelitian dari Duke-NUS Medical School di Singapura yang diterbitkan oleh British Geriatrics Society. Menurut penelitian tersebut, sebagaimana dikutip dari halodoc, peningkatan kebahagiaan berbanding lurus dengan pengurangan angka kematian.
Studi ini meneliti 4.478 peserta kisaran usia 60 tahun pada 2009. Para peneliti menggunakan sejumlah pertanyaan yang terkait seberapa sering merasa bahagia dalam seminggu terakhir, bagaimana mereka menikmati hidup, dan merasakan harapan tentang masa depan. Penelitian ini mempertimbangkan pula faktor demografi, pilihan gaya hidup, kesehatan dan faktor sosial.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa di antara kelompok usia platinum yang bahagia, 15 persen di antaranya meninggal hingga 31 Desember 2015 atau hampir 6 tahun sejak diteliti. Peneliti menyimpulkan bahwa kebahagiaan memberikan dampak positif bagi mereka yang berusia lanjut.
Tak hanya penelitian, bukti bahwa bahagia menjadi salah satu resep utama untuk mencapai umur panjang juga ditemukan oleh jurnalis sekaligus penulis Destination Wellnes: Global Secrets for Better Living Wherever You Are, Annie Daly. Dikutip dari Kompas.com, Annie meninggalkan New York dan berkeliling dunia untuk mencari rahasia kebahagiaan.
Annie menjelajah ke beberapa negara, di antaranya Norwegia, Hawaii, dan Jepang dan mewawancarai 100 penduduk lokal tentang gaya hidup mereka. Hasilnya, ada tiga rahasia kebahagiaan para penduduk paling panjang umur di dunia, seperti berikut ini:
1. Banyak menghabiskan waktu di luar ruangan
Annie menemukan sebuah filosofi dari seorang kawannya di Norwegia yang disebut friluftsliv yang berarti “kehidupan udara bebas”. Penganut filosofi ini mendasarkan hidupnya dengan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan.
Tentu saja ini menjadi tantangan, karena faktanya Norwegia adalah wilayah yang sering diguyur hujan, bahkan matahari bisa bersembunyi hingga 3 bulan. Tak heran, filosofi ini begitu dihayati oleh masyarakat Norwegia karena selalu berusaha untuk berada di luar ruangan.
2. Punya ritual
Seperti dikutip dari Kompas.com, Annie juga menemukan bahwa ternyata memiliki sebuah kebiasaan atau aktivitas yang rumit itu perlu. Ia merujuk pada kebiasaan penduduk di Jepang yang rata-rata harapan hidupnya mencapai 85 tahun karena memiliki ritual minum teh.
Ritual ini terdiri dari upacara minum teh, ritual menyiapkan, dan menyajikan teh. Selama proses tersebut, para ahli teh sangat fokus sehingga tidak memikirkan hal lain. Filosofi ini sejalan dengan merangkul konsep Buddhis tentang waktu. Bahwa seseorang sebaiknya dapat menikmati momen-momen yang indah dan unik, ketimbang fokus pada pikiran kita sendiri.
Ritual ini terdiri dari upacara minum teh, ritual menyiapkan, dan menyajikan teh. Selama proses tersebut, para ahli teh sangat fokus sehingga tidak memikirkan hal lain. Filosofi ini sejalan dengan merangkul konsep Buddhis tentang waktu. Bahwa seseorang sebaiknya dapat menikmati momen-momen yang indah dan unik, ketimbang fokus pada pikiran kita sendiri.
3. Mencari tahu kisah leluhurnya
Di Amerika, Hawaii, Annie menemukan bahwa untuk menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia, seseorang harus mengetahui kisah dan sejarah pendahulu. Ini dinyatakan oleh Greg Solatorio, penduduk asli Hawaii yang tinggal di tanah yang sama dengan tempat ia dibesarkan.
Menurut Greg dengan mengetahui sejarah leluhur, seseorang dapat terbantu untuk selalu membumi dan terhubung setiap harinya. Sebagai Solatorio generasi ke-50, Greg adalah bagian dari keluarga kuno terakhir yang tinggal di Lembah Halawa, sebidang tanah bersejarah di Molokai. Wilayah ini adalah tempat orang Hawaii menetap sejak 650 M. Dengan mengetahui sejarah leluhur, seseorang semakin mengenal dirinya dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar menjalani hidup dengan lebih fokus.